BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Informasi akuntansi
pertanggungjawaban merupakan salah satu tipe informasi akuntansi manajemen.
Dalam membahas informasi akuntansi penuh, informasi akuntansi dihubungkan
dengan objek informasi yang berupa produk, aktivitas atau unit organisasi dan
dalam membahas informasi akuntansi diferensial, informasi akuntansi dihubungkan
dengan alternatif yang akan dipilih. Dalam membahas informasi akuntansi
pertanggungjawaban ini, informasi akuntansi di hubungkan dengan wewenang yang dimiliki
oleh tiap-tiap manajer.
Menurut
Samryn (2001:258). Akuntansi pertanggungjawaban sangat perlu diterapkan pada
perusahaan/industri yang kegiatan operasi serta unit usahanya banyak, karena
memungkinkan perusahaan untuk merekam seluruh aktivitas usahanya, kemudian
mengetahui unit yang bertanggung jawab atas aktivitas tersebut serta menentukan
unit usaha mana yang tidak berjalan secara efisien.
Akuntansi
pertanggungjawbaan yang baik dalam penerapannya harus menetapkan atau memberi
wewenang secara tegas, karena dengan wewenang ini akan menimbulkan adanya
tanggung jawab. Akuntansi pertanggungjawaban juga merupakan bagian dari
akuntansi manajemen yang mengumpulkan serta melaporkan informasi akuntansi
untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban, baik berupa rencana maupun yang
sudah terjadi. Sedangkan laporan yang dihasilkan oleh pusat pertanggungjawaban
disebut laporan pertanggungjawaban.
Sehubungan dengan itu, tujuan dibuatnya
informasi akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Dalam
uraian konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban di bahas definisi
informasi akuntansi pertanggungjawaban, Pusat
Pertanggungjawaban (reponnsibility center), jenis-jenis pusat
pertanggungjawaban, peran informasi dan akuntabilitas.
B. Rumusan
masalah
1.
Pengertian Akuntansi pertanggungjawaban?
2.
Karateristik dan penerapan informasi
pertanggungjawaban?
3.
Jenis-jenis pertanggungjawaban?
4.
Peran informasi dan akuntabilitas?
C. Tujuan
masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian Akuntansi pertanggungjawaban.
2.
Untuk mengetahui karateristik dan
penerapan informasi pertanggungjawaban.
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis pertanggungjawaban
4.
Untuk mengetahui peran informasi dan
akuntabilitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pusat Pertanggungjawaban
(Respobility)
Akuntansi
informasi pertanggungjawaban dapat di definisakan sebagai suatu sistem akuntansi
manajemen yang diranjang atas konsep-konsep fundamental berikut ini.
1.
Standar untuk mengukur kinerja arus
jelas. Harus di jelaskan dalam perusahaan dan harus dapat dicapai secara wajar.
2.
Individu-individu (manajer dan para
pekerja lainnya) harus berpartisipasi dalam pembuatan ajuan yang akan di pakai
untuk mengukur kinerja.
3.
Standar-standar harus di buat untuk
semua tingkatan dalam perusahaan, dari manajemen puncak sampai tingkat
pekerjaan public individual
4.
Setiap individu akan bertanggung jawab
hanya pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
5.
Sistem pelaporan akan mengutamakan hanya
pada penyimpangan dari standar yang berarti saja (manajemen berdasarkan
kekecualian).[1]
Secara umum, sebuah perusahaan diatur menurut
garis-garis pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional, dengan bentuk
piramidanya, mengilustrasikan garis pertanggungjawaban yang mengalir dari CEO
turun melewati wakil presiden menuju manajer madnya dan manajer yang lebih
rendah.
Seperti yang ditunjukkan oleh
skenario yang mengawali bab ini, ketika ukuran organisasi bertambah besar,
garis pertanggung jawaban ini akan menjadi lebih panjang dan lebih banyak.
Struktur tradisional menjadi tidak praktis.
Praktik kontemporer saat ini
bergerak menuju suatu hierarki yang datar. Structur ini, yang mengandalkan
tim-tim kerja, konsisten dengan desentralisasi. GE Capital, sebagai contoh, pada intinya adalah suatu grup dari bisnis-bisnis
yang lebih kecil. Terdapat hubungan yang erat antara sturktur organisasi dan
system akuntansi pertanggungjawaban. Idealnya, system akuntansi
pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur dari sebuah organisasi.
Akuntansi pertanggungjawaban
berdasarkan aktivitas adalah akuntansi yang dirancang untuk menelusuri biaya,
pendapatan, laba dan investasi. Untuk unit-unit organisasi secara individual.
Unit-unit organisasi dapat di golongkan menjadi empat yaitu pusat biaya, pusat
pendapatan, pusat laa, dan pusat investasi. Akuntansi pertanggungjawabanerat
dengan: (1) pengidentifikasian, tujuan pusat pertanggungjawaban, (2)
pengembangan alat pengukur pencapaian tujuan, (3) penyusun laporan kinerja
setiap pusat pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban
berdasarkan aktivitas adalah suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban yang
luas dan menggunakan pendekatan terintegrasi yang memusatkan perhatian manjemen
pada aktivitas. Sitem ini menjalankan perusaan. Biaya yang digunakan untuk
menghasilkan laporan-laporan tersebut merupakan biaya tidak bernilai tambah.
Dengan mengeliminasi laporan-laporan yang tidak perlu, karyawan depertamen
kuntansi dapat mengurangi atau menghemat biaya.
Contah aktivitas untuk menghasilkan
laporan-laporan akuntansi yang tidak perlu menggambarkan butir penting bahwa
aktivitas tidak bernilai tambah dapat terjadi dalam setiap organisasi. Dalam
kegiatan pemanufakturan, lima aktivitas utama berikut ini sering merupak
pemborosan dan tidak perlu yaitu:
1. Penjadwalan.
Penjadwalan adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber-sumber untuk
menetukan kapan produk yang berbeda di proses, atau kapan dan berapa setiao
yang harus dilaksanakan, dan berapa banyak yang harus diproduksi
2. Pemindahan.
Pemindahan adlah aktivitas yang menggunakn waktu dan sumber-sumber untuk
memindahkan bahan mentah, barang dalam proses, dan produk selesai dari satu
departemen ke lainnya.
3. Penungguan.
Penungguan adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber-sumber untuk
menunggu bahan mentah atau barang dalam proses dipindahkan atau diolah pada
proses berikutnya.
4. Inspeksi.
Inspeksi adalah aktivitas yang menggunakan waktu sumber-sumber agar produk
sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
5. Penyimpanan.
Penyimpanan adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber-sumber jika
bahan mentah, barang dalam proses produk selesai, atau barang lainnya disimpan
sebagai persedian.
B. Karateristik dan Penerapan
Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
1. Jenis-jenis
Pusat Pertanggungjawaban
Pada saat perusahaan
tumbuh, manajemen puncak biasanya menciptakan berbagai wilayah tanggung jawab
yang dikenal sebagai pusat pertanggunjawaban, dan menugaskan manajer di
bawahnya untuk menangani wilayah tersebut.
Pusat
Pertanggungjawaban
(reponnsibility center) merupakan suatu segmen
bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan
tertentu.
Akuntansi
Pertanggungjawaban (reponnsibility center) adalah system
yang mengukur berbagi hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban
menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban mereka. Ada empat jenis utama pusat pertanggungjawaban.
1. Pusat
biaya (cost center)
Suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya bertanggung jawab hanya terhadap biaya.[2]
2. Pusat
Pendapatan (revenue center)
Suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya bertanggung jawab hanya terhadap penjualan.
3. Pusat
Laba (profit center)
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya
bertanggung jawab terhadap pendapatan maupun biaya.
4. Pusat
Investasi (investment center)
Suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya bertanggung jawab terhadap pendapatan, biaya, dan investasi.
Cara
pusat-pusat pertanggungjawaban dibebenkan mencerminkan situasi actual dan jenis
informasi yang tersedia bagi manajer. Keempat pusat pertanggungjawaban dan jenis
informasi yang diperlukan dalam mengelola pengoperasiannya.
Departeman
produksi di dalam sebuah pabrik, seperti Perakitan atau Penyelesaian akhir,
adalah contoh dari pusat biaya. Penyelia departemen produksi mengendalikan
biaya manufaktur tetapi tidak mengatur harga atau membuat keputusan pemasaran.
Karena itu, penyelia departemen produksi dievaluasi berdasarkan seberapa bil
biaya produksi dikendalikan.
Manajer
departemen pemasaran mengatur harga dan memproyeksi penjualan. Karena itu,
departemen pemasaran dievaluasi sebagai pusat pendapatan. Biaya langsung
departemen pemasaran dan penjualan keseluruhan adalah tanggung jawab manajer
penjual. .
Pada
akhirnya, divisi-divisi sering disebut sebagai contoh pusat investasi. Selain
memiliki kendali atas biaya dan keputusan penetapan harga, manajer divisi juga
memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan-keputusan investasi, seperti
penutupan dan pendirian pabrik, serta keputusan untuk menuruskan atau
menghentikan suatu Lini produk. Oleh karena itu, baik laba operasi maupun
beberapa jenis pengembalian atas investasi menjadi ukuran kinerja yang penting
bagi para manajer pusat investasi.
Perlu
disadari bahwa meskipun manajer pusat pertanggungjawaban memiliki tanggung
jawab hanya atas kegiatan-kegiatan pada pusat pertanggungjawaban, keputusan
yang dibuat oleh manejer tersebut mungkin mempengaruhi pusat pertanggungjawaban
lainnya. Sebagai contoh, tenaga penjualan dari perusahaan pembuat produk
perawatan lantai secara rutin menawarkan diskon harga pada setiap akhir bulan. Penjualan
meningkat secara dramatis, dan hal baik bagi pendapatan dan tenaga penjualan.
Akan tetapi, pabrik terpaksa melakukan kerja lembur untuk memenuhi permintaan;
hal ini meningkatkan biaya pabrik begitu juga biaya per unit produk.
2.
Peran Informasi dan Akuntabilitas
Informasi
memiliki peran penting agar para manajer bertanggung jawab terhadap hasil.
Sebagai contoh, seorang manajer departemen produksi mungkin mempunyai tanggung
jawab terhadap biaya departemen tetapi tidak terhadap penjualan. Hal ini karena
manajer departemen produksi bukan hanya mengendalikan beberapa dari biaya
tersebut, tetapi juga mengetahui dan memahaminya. Setiap penyimpangan antara
biaya perkiraan dan actual dapat paling baik dijelaskan pada tingkat ini. Di
lain pihak, penjualan adalah tanggung jawab manejer penjualan, karena manajer
penjualanlah yang paling mampu menjelaskan dengan baik hal-hal yang terjadi
berkaitan dengan harga dan jumlah yang terjual.
Tanggung
jawab juga mencakup akuntabilitas.
Akuntabilitas secara tidak langsung mencerminkan pengukuran kinerja, yang
berarti bahwa hasil actual dibandingkan dengan hasil yang diperkirakan atau
dianggarkan. System pertanggungjawaban, akuntabilitas, dan evaluasi kinerja
seperti ini sering merujuk kepada akuntansi
pertanggungjawaban karena peran penting yang dimainkan oleh ukuran dan
laporan akuntansi tersebut di dalam proses.[3]
3.
Akuntansi Pertanggunjawaban Lingkungan
Berbasis Strategi
Tujuan
keseluruhan dari perbaikan kinerja lingkungan mengusulkan bahwa kinerja
perbaikan berkelanjutan untuk pengendalian lingkungan adalah yang paling
sesuai. Dalam kenyataannya, sebuah perspektif lingkungan kemungkinan adalah
perspektif kelima dari kerangka kerja Balanced
Scorecard menyebutkan contoh khusus di mana perusahaan menambahkan
perspektif lingkungan ke dalam balanced scorecard mereka. Jika suatu pihak
menerima paradigma ekoefisiensi, maka perspektif lingkungan dapat di terima
karena perbaikan kinerja lingkungan dapat menjadi sumber dari keunggulan
bersain (criteria untuk sebuah prespektif
akan dimasukkan). System manajemen lingkungan berbasis strategi
(strategic-based environmental management system) menyediakan kerangka kerja
operasional untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Sebagai contohnya, prespektif
lingkungan perlu dihubungkan dengan prespektif proses untuk memperbaiki kinerja
lingkungan. Pengetahuan mengenai akar penyebab dari aktivitas lingkungan
merupakan dasar untuk setiap perubahan desain proses yang dibutuhkan untuk
memperbaiki kinerja lingkungan. Jadi, kerangka kerja balanced scorecard
perbaikan kinerja lingkungan.
Ø Perspektif
Lingkungan
Kita
dapat mengidentifikasi sekurang-kurangnya lima tujuan inti dari perspektif
lingkungan:
1.
Maminimalkan penggunaan bahan baku atau
bahan yang masih asli;
2.
Meminimalkan penggunaan bahan berbahaya;
3.
Meminimalkan kebutuhan energy untuk
produksi dan penggunaan produk;
4.
Meminimalkan pelepasan residu padat,
cair, dan gas; dan
5.
Memaksimalkan peluang untuk daur ulang.
Ada
dua teman lingkungan yang terkait dengan bahan baku dan energy (tiga tujuan
inti yang pertama). Pertama, tidak ada lagi energy atau bahan baku yang
digunakan melebihi dari yang dibutuhkan (isu konservasi). Kedua, harus dicari
sarana untuk menghilangkan penggunaan bahan baku atau energy yang merusak lingkungan
(isu zat berbahaya). Ukuran kinerja harus mencerminkan kedua tema ini. Jadi,
ukuran-ukuran yang memungkinkan adalah berapa jumlah kuantitas total dan
perunit dari berbagai bahan bagu dan energy (misalnya, berat bahan kimia
beracun yang digunakan), ukuran produktivitas
(output/bahan baku, output/energy), dan biaya bahan (energy) berbahaya
yang dinyatakan sebagai persentase total biaya bahan baku.
Tujuan
inti keempat dapat direalisasikan dalam salah satu dari dua cara berikut:
1.
Menggunakan teknologi dan metode untuk
mencegah pelepasan residu, ketika diproduksi, dan
2.
Menghindari produksi residu dengan
mengidentifikasi penyebab dasar dan mendesain ulang produk dan proses untuk
menghilangkan penyebab-penyebabnya.
Dari kedua metode tersebut, metode yang kedua lebih
disukai. Metode pertama mirip dengan pemerolehan kualitas produk melalui
pemeriksaan dan pengerjaan ulang (memeriksa kualitas). Pengalaman dalam
manajemen kualitas telah menunjukkan bahwa pendekatan ini lebih mahal dari pada
melakukan dengan benar pada saat pertama. Hasil ini sama dengan pengendalian
residu pada saat diproduksi. Lebih masuk akal untuk menghindari residu dari
pada melakukannya ketika residu telah diproduksi. Ukuran kinerja untuk tujuan
ini mencakup berat limbah beracun yang diproduksi, volume pembuangan cairan,
jumlah gas rumah kaca diproduksi, dan persentase pengurangan bahan baku
pengemasan.
Tujuan kelima menekankan konservasi sumber daya yang
tidak dapat diperbarui melalui penggunaan kembali. Daur ulang mengurangi
permintaan untuk ekstraksi tambahan bahan baku. Daur ulang juga mengurangi
degradasi lingkungan dengan mengurangi pembuangan sampah oleh pemakai akhir.
Ukurannya mencakup berat.
Ø Peran
Manajemen Aktivitas
Analisis aktivitas lingkungan penting untuk
system pengendalian lingkungan yang baik. Tentu saja, seperti yang telah
diketahui, identifikasi aktivitas lingkungan dan penilaian biayanya merupakan
persyaratan untuk perhitungan biaya lingkungan berbasis aktivitas. Pengetahuan
mengenai biaya lingkungan dan produk atau proses apa yang menyebabkannya
merupakan hal yang sangat penting sebagai langkah pertama untuk pengendalian.
Selanjutnya, aktivitas lingkungan harus diklasifikasikan sebagai bernilai
tambah (value-added) dan tak bernilai
tambah (nonvalue-added).
Aktivitas
tak bernilai tambah adalah aktivitas yang tidak perlu ada jika perusahaan
beroperasi secara optimal dan efisien. Menarinya, porter van der linde
menyatakan bahwa polusi lingkungan ekuivalen dengan ketidakefisienan ekonomi.
Jika produksi limba ekuivalen dengan tidak ketidakefisienan ekonomi seperti
yang mereka nyatakan, maka semua aktivitas yang gagal harus ditandai sebagai
kegiatan tak bernilai tambah. Penggunaan paradigma ekoefisiensi mengimplikasikan
bahwa selalu ada aktivitas yang secara simultan dapat menghindari degradasi
lingkungan dan menghasilkan keadaan efisiensi ekonomi yang lebih baik
daripada keadaan yang sekarang. Tentu
saja, aktivitas yang gagal bukanlah
satu-satunya aktivitas yang tak bernilai tambah. Banyak aktivitas deteksi
seperti pemeriksaan juga merupakan aktivitas tak bernilai tambah.
Biaya
lingkungan tak bernilai tambah adalah biaya dari aktivitas tak bernilai tambah.
Biaya ini mewakili keuntungan yang dapat ditangkap dengan cara memperbaiki
kinerja lingkungan. Kunci untuk menangkap keuntungan ini adalah dengan
mengidentifikasi akar penyebab aktivitas yang tidak bernilai tambah dan
kemudian mendesain ulang produk dan proses untuk meminimalkan dan akhirnya
menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut.
Desain untuk Lingkungan pendekatan
desain khusus ini disebut desain untuk lingkungan (design for the environment). Desain ini menyentuh produk, proses,
bahan baku, energi dan daur ulsng. Dengan kata lain, keseluruhan daur hidup
produk dan pengaruhnya terhadap lingkungan harus dipertimbangkan. Sebagai
contoh, proses manufaktur sumber langsung dari berbagai residu padat, cair, dan
gas. Banyak dari residu ini yang dillepaskan ke lingkungan. Sering kali, desain
ulang suatu proses dapat menghilangkan produksi residu tersebut. Desain produk
dapat juga mengurangi degradasi lingkungan.
Ukuran keuangan perbaikan
lingkungan harus menghasilkan keuntungan keuangan yang signifikan. Hal ini berarti bahwa perusahaan telah telah
mencapai trade-off yang menggunakan
antara aktivitas yang gagal dan aktivitas pencegahan. Jika keputusan ekofisien
yang dibuat, maka total biaya lingkungan yang harus terhapus bersamaan dengan
perbaikan kinerja lingkunagan. Jadi tren biaya lingkunagan merupakan ukuran
kinerja yang penting. Satu kemungkinan adalah mempersiapkan laporan biaya
lingkungan yang tak bernilai tambah dari periode berjalan dan membandingkan dengan periode
sebelumnya. Kita perlu hati-hati dalam mengukur biaya dan tren. Pengurangan
biaya harus terkait dengan perbaikan lingkungan dan bukan sekadar menghilangkan
kewajiban terhadap lingkungan. Jadi, biaya kegagalan eksternal harus mencerminkan
kewajiban tahunan rata-rata yang berasal dari efisiensi lingkunmgan saat ini.
Oleh sebab itu, biaya pembersihan polusi air dalam tahun2005 merupakan biaya
tahunan yang diharapkan dengan menganggap kinerja lingkungan saat ini tetap
sama. Biaya pembersihan sebesar $900.000, misalnya, dapat menjadi jumlah
tahunan yang harus disisihkan untuk mendapatkan dana total yang dibutuhkan
untuk melakukan pembersihan lima tahun dari sekarang. Oleh karena tindakan
diambil untuk memperbaiki kinerja lingkungan, maka jumlah pembersihan di masa
depan dapat terhapus, sehingga mengurangi jumlah tahunan menjadi $700.000.
dengan demikian, tren perbaikan sebesar $200.000 berhubungan dengan perbaikan
kinerja lingkungan.
Kemungkinan lainnya adalah dengan menghitung biaya lingkungan
total sebagai persentase penjualan dan menelusuri nilai ini selama beberapa
periode. Tampilan 12-10 mengilustrasikan grafik tren semacam ini. Grafik ini
menarik karena menelusuri semua biaya lingkungan dan bukan hanya biaya
lingkungan yang tak bernilai tambah. Jika keputusan ekoefisien yang dibuat,
kita perlu mengamati pengurangan total biaya lingkungan. Hal ini berarti
terdapat trade-off yang menguntungkan
antara investasi untuk aktivitas pencegahan yang berhubungan dengan lingkungan
dan pengurangan biaya kegagalan lingkungan. Tren-nya harus mengarah kebawah,
sejalan dengan dibuatnya investasi ekoefisien.
Ilustrasi
grafik lainnya untuk area tertentu dapat juga menunjukkan kemajuan yang dibuat.
Sebagai contoh, grafik batang dapat digunakan untuk menunjukkan jumlah total
polutan yang dilepaskan setiap tahun. Tren ke arah bawah merupakan indikasi
yang diharapkan. Bagan lingkaran dapat juga berguna. Sebagai contoh, bagan
lingkaran menampilkan secara nyata pengelolaan limbah berbahaya menurut
kategorinya: persentase pembakaran sampah, persentase daur ulang sampah,
persentase sampah yang dibuang ke tanah terbuka, persentase sampah yang diolah,
dan persentase sampah yang dikubur.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akuntansi
informasi pertanggungjawaban dapat di definisakan sebagai suatu sistem
akuntansi manajemen yang diranjang atas konsep-konsep fundamental.
Akuntansi pertanggungjawaban
berdasarkan aktivitas adalah akuntansi yang dirancang untuk menelusuri biaya,
pendapatan, laba dan investasi. Untuk unit-unit organisasi secara individual.
Unit-unit organisasi dapat di golongkan menjadi empat yaitu pusat biaya, pusat
pendapatan, pusat laa, dan pusat investasi. Akuntansi pertanggungjawabanerat
dengan: (1) pengidentifikasian, tujuan pusat pertanggungjawaban, (2)
pengembangan alat pengukur pencapaian tujuan, (3) penyusun laporan kinerja
setiap pusat pertanggungjawaban.
Contah aktivitas untuk menghasilkan
laporan-laporan akuntansi yang tidak perlu menggambarkan butir penting bahwa
aktivitas tidak bernilai tambah dapat terjadi dalam setiap organisasi. Dalam
kegiatan pemanufakturan, lima aktivitas utama berikut ini sering merupakan
pemborosan dan tidak perlu yaitu meliputi penjadwalan, Pemindahan, penungguan,
inspeksi, dan penyimpanan.
Selain itu dalam akuntansi
informasi pertanggungjawaban terdapat karateristik dan informasi penerapan
akuntansi pertanggungjawaban yang meliputi jenis-jenis pusat pertanggungjawaban
terdiri dari empat jenis utama pusat pertanggungjawaban. (1) pusat biaya (cost
center), (2) Pusat Pendapatan (revenue center), (3) Pusat Laba (profit center), (4) Pusat Investasi (investment center).
DAFTAR PUSTAKA
Don
R. Hansen. Akuntansi Manajemen. Edisi
7, (Jakarta: Salemba Empat, 2015
Supriyono.
Akuntansi biaya dan Akuntasi manajemen.
Edisi 1, (Yogyakarta:BPFE, 1994),
Don
R. Hansen. Akuntansi Manajemen. Edisi
7, (Jakarta: Salemba Empat, 2015),
[1]Prof. Drs. H. Lili M. Sadeli
M.pd. Akuntansi Manajemen . Cet. Ke
2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 179
[2] Supriyono. Akuntansi biaya dan Akuntasi manajemen. Edisi 1, (Yogyakarta:BPFE,
1994), h. 469-470
[3]Don R. Hansen. Akuntansi Manajemen. Edisi 7, (Jakarta:
Salemba Empat, 2015), h. 116-117
[4]Ibid., h. 85-89